WELCOME TO MY BLOG HOPE YOU'RE INSPIRED AND MOTIVATED

Perjalanan Linkin Park Bersama 7 Album Studio Mereka

Sebelumnya pembahasan musik saya adalah tentang makna lagu Kings And Queens milik 30 Seconds To Mars. Sekarang kita kembali membahas band Nu Metal Amerika Serikat, Linkin Park. Dan kali ini, saya akan membahas tentang ketujuh album studio milik mereka.

Linkin Park adalah band yang dibentuk pada tahun 1996, dengan membawa gaya musik Nu Metal. Sebelumnya, band ini sempat berganti beberapa kali nama. Awalnya, band ini bernama Xero. Kemudian anggota mengganti nama band menjadi Hybrid Theory. Namun, nama Hybrid rupanya sudah dipakai oleh band lain, sehingga kembali anggota harus mengubah nama band, agar tidak terjadi kemiripan nama yang suatu saat bisa saja menjadi sebuah perdebatan atau masalah. Lalu jadilah nama Linkin Park, sebuah nama yang diusulkan oleh Chester Bennington, terinspirasi dari nama sebuah taman di Amerika Serikat, Lincoln Park. Berubahnya nama Lincoln menjadi Linkin adalah agar band bisa mengolah situs web sendiri.


Sejak terbentuknya band hingga saat ini (tahun 2018), band yang sekarang beranggotakan 5 orang ini (sebelumnya 6 orang, ketika masih ada Chester sang vokalis utama), telah merilis banyak sekali album musik. Untuk album studio, LP telah merilis 7 album, diantaranya Hybrid Theory, Meteora, Minutes To Midnight, A Thousand Suns, Living Things, The Hunting Party, dan One More Light.

Linkin Park dikenal sebagai band yang cerdas dan kreatif. Mengapa seperti itu ? Karena mereka sebenarnya bukanlah band yang memainkan satu genre musik. Memang, pada umumnya LP dikenal sebagai band Nu Metal. Namun pada kenyataannya, mereka melakukan sebuah perubahan gaya musik di setiap albumnya. Dan itulah yang justru membuat band ini menjadi band yang memiliki kelebihan sendiri dan istimewa dari band Nu Metal pada umumnya. Band ini bahkan sempat dikatakan sebagai band "Anak Emas" dimasa kepopulerannya. Bahkan untuk band bergenre Nu Metal, Linkin Park adalah band terlaris. Kejeniusan para anggota band membuat eksperimen di setiap album menjadi senjata yang mengantarkan mereka menjadi salah satu band yang berpengaruh dalam dunia musik.

Adapun perubahan musik yang dilakukan Mike Shinoda dan kawan - kawan adalah dari Nu Metal ke Alternative Metal, lalu Alternative Rock, Elektronik Rock, Hard Rock, hingga pop rock. Meski berubah gaya musik, Linkin Park tetap meraih kesuksesan di setiap albumnya. Ini seolah - olah menunjukkan bahwa LP menjadi band papan atas karena perubahan musik tersebut. Lalu, bagaimana perjalanan Chester Bennington dan kawan - kawan selama membuat, merilis, dan mempopulerkan semua single di 7 album studio mereka ? Kita akan menyimaknya bersama dengan membahas satu - persatu album mereka.

1. Hybrid Theory (2000-2003).
  

Album debut Linkin Park, awal band berpetualang di dunia musik. Membawa permainan musik yang kental dengan Nu Metal. Disini Linkin Park bermain penuh semangat. Semua lagunya mengandung musik yang berat. Peran kedua vokalis benar - benar terlihat. Chester sebagai vokalis utama yang bertugas untuk mendukung musik berat tersebut bernyanyi dengan penuh kegarangan. Ia bernyanyi scream, namun tidak di semua lagu. Mike Shinoda yang menjadi rapper semakin mendukung unsur hip - hop album ini. Rap khasnya ditunjukkan di hampir semua lagu, karena ada satu lagu instrumen di album ini. Ada yang bertempo cepat dan lambat, dan ketika dikolaborasikan dengan Chester, sungguh mengundang semangat ketika mendengar.

Di album ini, Chester scream hampir di semua lagu, seperti untuk screamnya yang jelas, berada di lagu One Step Closer, Runaway, By Myself, A Place For My Head, dan Forgotten. Sementara di lagu With You, Points Of Authority, Crawling dan In The End, screamnya terdengar agak samar. Chester bermain polos hanya di lagu Pushing Me Away, single penutup album.

Sementara untuk Mike, ia bermain rap hampir di semua lagu, dimana untuk rap cepat ia bernyanyi di lagu Papercut, A Place For My Head, With You, Forgotten, Runaway, dan Pushing Me Away. Sementara rapnya yang bertempo sedang-lambat berada di lagu Points Of Authority, In The End, Crawling dan By Myself. Di lagu One Step Closer, Mike ikut bernyanyi sebagai backing vokal di bagian chorus dan ngerap, tapi bersamaan dengan scream Chester, sehingga suara Mike seperti tidak ada. Untuk lagu Crawling, Runaway, dan Pushing Me Away, bagian Mike sangat sedikit. Mike tidak bermain rap dilagu Cure For The Itch, dimana sebenarnya ini bukanlah lagu normal (maksudnya yang ada vokalisnya). Cure For The Itch hanya merupakan lagu instrumen, dengan durasi 02:37 menit.

Instrumen lain yang menunjukkan gaya musik Linkin Park yang khas adalah adanya DJ (turntable) yang dimainkan oleh personil bernama Joshep Hahn. Di Hybrid Theory, Joe Hahn bermain pada lagu Papercut, One Step Closer, With You, Points Of Authority, Forgotten, A Place For My Head dan In The End (untuk In The End hanya terdengar di awal dan diakhir lagu, dan tidak terdengar saat kedua vokalis bernyanyi, dimana). Sementara untuk permainan gitar, Linkin Park tidak menggunakan teknik melodi seperti band rock pada umumnya, hanya bermain biasa.

Single pertama album ini ialah One Step Closer. Lalu single yang selanjutnya dirilis adalah Crawling, Papercut, In The End, dan Points Of Authority. Sejak dirilisnya singel pertama, Linkin Park langsung menjadi terkenal. Kesuksesan mereka selanjutnya datang dengan merilis single - single tersebut hingga terbentuklah Hybrid Theory dengan 12 singel. Prestasi Linkin Park berlanjut pada terdaftarnya Hybrid Theory sebagai salah satu album rock terlaris dimasanya, dan sudah sangat menunjukkan bahwa LP adalah band Nu Metal baru yang berkualitas. Penghargaan lain pun didapat, seperti penghargaan Best Hard Rock Performance untuk lagu Crawling dan Best Rock Video untuk lagu In The End. Dua single ini pun menjadi andalan album.

Munculnya album ini menambah daftar lagu Nu Metal berkualitas di masa perilisannya (mungkin sampai saat ini), yang juga merupakan lagu terkenal Linkin Park selain Crawling dan In The End, diantaranya Papercut, One Step Closer, With You, Points Of Authority, Runaway, dan A Place For My Head. Tidak heran jika Hybrid Theory sangat sukses dan termasuk merupakan album Nu Metal yang sangat diingat masyarakat pecinta musik genre ini. Hampir semua lagu di album ini merupakan lagu LP yang dikategorikan sebagai lagu terbaik yang pernah diperdengarkan kepada masyarakat dunia. Bahkan sampai sekarang, jika berbicara tentang Linkin Park, singel - singel tersebut akan dibicarakan.

2. Meteora (2003-2007).


Tiga tahun bersama Hybrid Theory dan kesuksesannya di kancah internasional, saatnya Linkin Park membuat album studio baru. Tiga tahun berselang setelah album debut, bukanlah waktu yang digunakan band untuk membuat materi yang memiliki banyak perbedaan. Kali ini mereka membuat album berjudul "Meteora". Materi yang dibawakan sedikit lebih halus jika didengar secara keseluruhan album. Genre album ini adalah Alternative Metal. Sedikit perubahan yang dilakukan Chester dan kawan - kawan, experimen pertama mereka, meskipun terkadang perubahan musik ini tidak terlihat, karena unsur Metalnya masih ada.

Untuk vokal, Chester masih scream, namun tidak banyak, diantaranya di lagu Don't Stay, Lying From You, Hit The Floor, Faint, Figure 09, dan From The Inside. Ini lebih sedikit dibandingkan dengan album pertama. Sesuai tujuan mereka, ingin sedikit mengurangi Nu Metal dan mengganti dengan Alternative Metal. Namun jika berbicara kerasnya lagu yang ada scream Chester, Meteora tidak kalah keras.

Misalnya saja Don't Stay, yang gaya musiknya serta pembagian vokal hampir sama dengan One Step Closer. Apalagi jika mendengarkan Faint, yang menurut saya ini adalah lagu terberat di album Meteora, karena semua instrumen dimainkan dengan keras. Contohnya, coba dengarkan drum Rob Bourdon. From The Inside merupakan sebuah gaya yang menurut saya tidak konsisten, yang diawal lagu musiknya lembut,namun di chorus unsur berat lagu ditingkatkan. Dan puncak lagu ini adalah di verse 3, Chester bener-bener garang... Jadi nyadar dech, kalo From The Inside ini lagu berat... Selanjutnya, kalo mendengar kerasnya lagu hanya dari vokal, Hit The Floor bisa membuktikan itu. Chester full scream, namun hanya nyanyi dibagian chorus, dan bagian verse 1-3 dinyanyikan Mike. Eiittsss, jangan lupakan Figure 09 yang juga tidak kalah berat dengan lagu Hybrid Theory.

Mike Shinoda juga masih muncul, namun tidak untuk semua lagu. Untuk rap cepat berada di lagu Faint, Hit The Floor, Easier To Run, dan Figure 09. Untuk tempo sedang-lambat, kita bisa mendengar suara Mike di lagu Somewhere I Belong, Lying From You, Nobody's Listening, From The Inside, Don't Stay dan Numb. Untuk Don't Stay sama dengan One Step Closer di album pertama, Mike ngerap sambil menjadi backing vokal di bagian chorus. Di lagu Numb dan Easier To Run, sama seperti lagu Runaway dan Crawling, takaran Mike dikit bengets...:)

Sekarang kita ke Mr. Hahn, si turntablis yang juga merupakan sutradara untuk video klip Linkin Park, namun tidak semua VC. Instrumen DJ Linkin Park di Meteora terdengar pada lagu Don't Stay, Somewhere I Belong, Lying From You, Easier To Run, Figure 09, Breaking The Habit, From The Inside, Nobody's Listening, dan Numb.

Sama seperti Hybrid Theory, di album Meteora tidak semuanya merupakan lagu normal dengan diiringi suara vokalisnya. Jika di album pertama ada satu lagu instrumen, disini ada 2 lagu, yaitu Foreword dan Session. Foreword bahkan bukan instrumen, melainkan suara seperti seseorang sedang memukul sesuatu menggunakan perkakas (alat kerja tukang) hingga yang dipukul tersebut pecah/hancur, sambil ada suara lain seperti air mengalir. Durasi pembuka album ini hanya 14 detik. Sementara Session berdurasi 2:25 menit, yang mana ini merupakan permainan semua instrumen band tanpa adanya suara vokalis. Session diletakkan sebelum lagu penutup album, Numb. Menurut saya, lagu ini menggambarkan materi album meteora, yang menyajikan musik lebih halus dari album sebelumnya, dengan menambahkan unsur alternative.

Single pertama album ini adalah Somewhere I Belong. Ini adalah permulaan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak, Linkin Park kembali merajai musik Metal ketika single ini dirilis. Single berdurasi selama 03:34 menit ini langsung meledak di industri musik. Kesuksesan Linkin Park berlanjut dengan dirilisnya single Faint, Numb, From The Inside, dan Lying From You. Dan diikuti dengan single lainnya sehingga terbentuklah Meteora dengan 13 single. Kesuksesan yang didapat LP di Hybrid Theory juga didapat di Meteora. Linkin Park masih memegang gelar sebagai band Metal terlaris. Penghargaan lain yang kembali didapat adalah memenangkan Best Video Rock untuk lagu Somewhere I Belong. Ini mengulang kemenangan mereka saat bersama lagu In The End. Dan dialbum ini ada single terbaik yang pernah dibuat Linkin Park, yang merupakan lagu mereka paling abadi, yaitu Numb. Jika Hybrid Theory memiliki Crawling dan In The End, Meteora memiliki Somewhere I Belong dan Numb sebagai ujung tombak album.

Bukti bahwa Linkin Park telah beralih ke musik yang lebih halus dengan aliran Rock Alternative terdapat pada beberapa single, diantaranya Somewhere I Belong, Easier To Run, Breaking The Habit, Nobody's Listening, dan Numb.

Namun tidak hanya dua single tersebut. Meteora punya lagu lain yang tidak kalah abadinya dengan di Hybrid Theory. Dan kembali, muncul lagu - lagu Metal berkualitas dan iconic, dikenal oleh masyarakat luas sebagai lagu Metal sejati. Kita akan mengingat lagu - lagu seperti Don't Stay, Somewhere I Belong, Lying From You, Faint, Breaking The Habit, From The Inside dan Numb, setiap saat membicarakan tentang Linkin Park, Metal dan Meteora. Jika sudah seperti ini, siapa yang akan meragukan kesuksesan Dave Farrel dan kawan - kawan ? Meteora memang meneruskan kesuksesan Hybrid Theory.

3. Minutes To Midnight (2007-2010).


Nah, jika teman - teman bertanya kapan Linkin Park memulai eksperimen mereka dengan melakukan perubahan genre lagu ? Jawabannya adalah disini, di album studio ketiga mereka, di Minutes To Midnight. Lalu, perubahan seperti apa yang dimaksud ?

Yap, perubahan yang dilakukan Linkin Park mulai menonjol nih. Perbedaannya terlihat banget. Kali ini, Mike Shinoda dan kawan - kawan bermain dengan genre Alternative Rock. Unsur metal di album - album sebelumnya sudah dihilangkan, dan alternative rock adalah penggantinya. Hal inilah yang diucapkan Mike Shinoda saat diwawancarai tentang materi album. Hal ini tentu sudah menjadi penanda bahwa Linkin Park bermain semakin halus jika dihitung dari album pertama.

Yang diubah LP di Minutes To Midnight selain genre, adalah perubahan pembagian porsi vokal untuk Mike dan Chester. Di album ketiga ini, Chester semakin menguasai porsi vokal. Mike Shinoda hanya bernyanyi di 3 dari 12 lagu, dan ngerap di 2 lagu, yaitu di Hands Held High dan Bleed It Out. Di Hands Held High Mike bermain pelan, di Bleed It Out bermain cepat. Meski bagian Mike semakin sedikit, Minutes To Midnight memberi kesempatan untuknya bernyanyi sendiri (solo), yaitu di lagu In Between. Sementara untuk sang vokalis utama, bernyanyi di 10 dari 12 lagu, dengan scream yang juga dikurangi, yaitu hanya di 3 lagu, diantaranya di Given Up, Bleed It Out, dan No More Sorrow.

Namun, meski dikurangi bagian screamnya, bukan berarti Chester tidak setajam album - album sebelumnya. Ia tetap konsisten dengan vokal garangnya tersebut. Coba saja dengarkan lagu Given Up, yang merupakan lagu yang tak pernah terlupakan jika berbicara tentang lagu berat Linkin Park. Mengapa tak akan terlupakan ? Yap, kalau dari vokal, lagu ini yang paling ekstrim (berat) diantara ketujuh album Linkin Park. Bagaimana tidak ? Chester scream 17 detik bro...... Dan sebelum melakukan aksi luar biasanya itu, ia sempat scream beberapa detik, menyanyikan lirik "God, put me out of my misery, put me out of my misery, put me out of my, put me out of my fucking...". Pokoknya kalian bakalan kaget kalo denger ni lagu. Mana ada screamer yang bisa ngelakuin kayak gitu selain Chester Bennington? :D. Meski juga genre mereka lebih halus, namun untuk lagu beratnya, LP tetap masih terdengar garang. Selain Given Up, No More Sorrow juga termasuk lagu yang keras, terdengar dari instrumen yang dimainkan. Tidak kalah dengan Hybrid Theory dan Meteora.

Sekarang kita beralih ke alat musik band. Minutes To Midnight juga melakukan pengurangan pada permainan Disk Jockey (DJ). Joseph Hahn berkurang aksinya menjadi hanya di satu lagu, yaitu What I've Done, single pertama album. Setelah DJ, kita bahas instrumennya Brad Delson, teman - teman. :) Tau kan ? Yap, gitar. Untuk Hybrid Theory dan Meteora tidak menggunakan gitar melodi, namun di Minutes To Midnight gaya bermain dengan melodi gitar diikutsertakan. Namun tetap Linkin Park tidak memainkan gitar melodi yang cadas seperti band Nu Metal lainnya, ataupun melodi genre Hard Rock dan Metalcore. Gaya bermain melodi LP terdengar lebih ringan, simple, dan ada yang hanya seperti sebuah petikan. Dan lagu yang dijadikan target permainan ini adalah What I've Done, Shadow Of The Day, dan The Little Things Give You Away. Namun ada satu lagu yang berisi permainan Brad Delson yang cukup berat, yaitu di lagu In Pieces, dan bermain sangat cepat, meskipun hanya sebentar.

Perbedaan lain antara album ketiga dengan dua album sebelumnya juga memasuki ke bagian lirik lagu. Semakin tajam juga pemikiran para penulis lagu di album ini. Minutes To Midnight memiliki 2 lagu yang liriknya adalah tentang sindiran serta kecaman terhadap pemerintah mereka (pemerintah di Amerika Serikat). Saya sih tidak begitu tau sindiran tentang masalah apa. Dan lagu tersebut adalah Hands Held High dan The Little Things Give You Away. Ketika saya mengamati lirik kedua lagu ini, The Little Things Give You Away tidak begitu jelas maksud dari liriknya. Berbeda dengan Hands Held High yang saya pikir Mike dan Chester terang - terangan menyanyikan sebuah kecaman.

Single pertama album ini adalah What I've Done. Single yang langsung melambungkan Minutes To Midnight di industri musik. Kembali awalan yang sangat luar biasa dilakukan Linkin Park dalam membuat materi album yang tak kalah sukses dengan album rock lainnya. Single pertama yang juga merupakan Single terbaik di album. Tidak hanya di album, tapi jika melihat semua album, What I've Done masuk dalam daftar lagu abadi Linkin Park. Single selanjutnya yang dibuat dan dirilis adalah Bleed It Out, Shadow Of The Day, Given Up, dan Leave Out All The Rest. Keempat single ini tak kalah terkenal dengan What I've Done. Lalu LP merilis single lainnya hingga terdapat 12 single di Minutes To Midnight.

Kesuksesan album ini yang paling menonjol adalah dengan didapatnya penghargaan berupa sertifikat platinum. Ini benar-benar kesuksesan yang luar biasa, hasil dari kejeniusan yang luar biasa dari semua personil band. Berakhirnya Metal dan diganti dengan Rock Alternative tidak membuat band memudar di mata dunia. Hasil karya mereka dari awal sampai album ketiga masih sama, lebih dari sekedar sukses, yaitu menjadi pihak yang berpengaruh dalam musik rock dunia. Daftar baru untuk lagu yang akan selalu dikenang oleh masyarakat, terutama fans Linkin Park, Minutes To Midnight memiliki What I've Done, Given Up, Leave Out All The Rest, Bleed It Out, Shadow Of The Day, In Pieces, dan The Little Things Give You Away. Sampai album ketiga, Linkin Park masih bertahan dengan kesuksesan yang sama, tetap menjadi band papan atas.

4. A Thousand Suns (2010-2012).


Tiba juga di album keempat Linkin Park. Setelah perubahan dari Metal ke Rock Alternatif, LP kembali melanjutkan eksperimen mereka. Dan disinilah eksperimen yang sebenarnya dilakukan. Linkin Park memberikan sebuah kejutan untuk para penikmat musik di album A Thousand ini. Kejutan apa ? Mike Shinoda dkk membuat sebuah album konsep. Lalu, album konsep yang bagaimana ? Yap, LP membuat album konsep yang berhubungan dengan perang nuklir. Wowww.... kalau didengar sih, serem banget nih album ya ? :)

Eksperimen yang paling terlihat diantara semua album, dengan genre baru dan lebih halus dari Minutes To Midnight, masih dengan gaya rock, namun digabungkan dengan elektronik. Saya sempat bingung dengan Linkin Park ketika membuat album seperti ini. Saya berpikir bahwa mereka seolah - olah tidak memikirkan kesuksesan yang akan diraih jika membuat album seperti ini. Dan mungkin memang itu yang ada dipikiran mereka. :)

Perubahan yang dilakukan LP di pembagian vokal adalah dengan bertambahnya lagi porsi Mike Shinoda. Kini ia bernyanyi di 8 dari 15 lagu yang ada, yaitu Burning In The Skies, When They Come For Me, Robot Boy, Jornada Del Muerto, Waiting For The End, Wretches And Kings, Iridescent, dan The Catalyst. Mike bermain rap di 3 lagu, yaitu When They Come For Me, Waiting For The End, dan Wretches And Kings, dan semuanya termasuk rap Mike bertempo lambat. Ia tidak bermain dengan kecepatan sedang ataupun cepat di album ini. Sementara untuk si Lead Vocal, screamnya semakin dikurangi, menjadi di satu lagu, yaitu Blackout.

Single pertama A Thousand Suns adalah The Catalyst, yang merupakan single andalan album. Masuk dalam daftar lagu Linkin Park paling diingat oleh masyarakat pecinta musik. Di lagu ini, unsur elektronik sangat jelas. Musik turntab juga sangat jelas. Kemunculan The Catalyst juga langsung mengangkat A Thousand Suns untuk tetap unggul di dunia musik rock. Artinya, ada hasil yang memuaskan juga yang dihasilkan album konsep ini. Single selanjutnya yang dibuat di album ini adalah Waiting For The End, Burning In The Skies, dan Iridescent. Meski tidak setenar The Catalyst, ketiga single ini tetap masuk daftar lagu LP paling diingat (lagu terbaik).

Waiting For The End terkenal sejak pertama kali Video Klip-nya ditayangkan pada tahun 2010, mungkin itu adalah pertama kali tayangan setelah perilisannya. Hingga sekarang lagu yang berdurasi selama 03:52 ini tetap diingat. Burning In The Skies memiliki musik yang khas dan unik, sehingga sangat mudah untuk diingat. Tidak lupa juga Iridescent yang menjadi single terkenal bersamaan dengan terkenalnya film Fiksi Amerika Serikat "Transformers 3 - Dark Of The Moon" karena lagu ini adalah soundtrack film tersebut. Gaya lembut Chester dkk di lagu ini sangat khas dan termasuk ke dalam daftar gaya lagu yang berpengaruh dalam dunia musik rock. Dan dilanjutkan dengan dibuatnya single - single yang lain sehingga jadilah A Thousand Suns dengan 15 lagu.

Gaya musik lain yang berbeda adalah aksi Mr. Hahn yang kembali dimunculkan. Instrumen kesayangannya (Disk Jockey) muncul di lagu The Catalyst, Jornada Del Muerto, Blackout, dan Wretches And Kings. Tentu ini bertambah dibandingkan dengan album Minutes To Midnight. Dan aksinya disini sangat jelas. Permainan DJ ini sangat mendukung gaya elektronik yang dimainkan Linkin Park di A Thousand Suns. Tidak kalah dengan album Hybrid Theory. Coba deh kalian denger keempat lagu ini, pasti gregetan kalo dengan DJ-nya Joe Han. Terutama di lagu The Catalyst dan Blackout. The Catalyst hampir di semua bagian lagunya ada DJ-nya, dan Blackout ada di verse 3, saat Chester scream. Dan saat itu juga vokal nya di olah oleh Hahn hingga menjadi putus - putus.

Sebagai album konsep, tidak semua lagu di album ini yang memang lagu normal. Kalau dihitung, diantara 15 lagu, lagu normal hanya 9 lagu. Lalu, 6 lagu sisanya itu apaan ? Selain lagu normal, disini ada track yang hanya merupakan quote dari orang - orang terkenal, yaitu J. Robbert Oppenheimer, Mario Savio, dan Martin Luther King, mengenai suatu hal yang masih ada hubungannya dengan konsep album. Lagu tersebut adalah The Radiance dan Wisdom, Justice, And Love. Sebenarnya, dilagu normal juga ada quote tersebut, yaitu pada lagu Wretches And Kings. Kemudian, ada track yang hanya merupakan interlude, mengulang lirik dari lagu aslinya di album. Track tersebut diantaranya The Requiem (interlude yang mengulangi lirik lagu The Catalyst) dan Fallout (interlude yang mengulagi lagu Burning In The Skies). Tidak lupa juga LP untuk selalu menyisipkan lagu tanpa vokal/suara, sama seperti album - album sebelumnya. Disini mereka memiliki Empty Spaces yang hanya berdurasi selama 19 detik. Di album juga ada lagu berbahasa Jepang yang dinyanyikan oleh Mike Shinoda, yaitu Jornada Del Muerto.

Ciri utama dari album A Thousand Suns adalah genre musik Linkin Park yaitu Techno. Selain lagu interlude yang berisi quote ketiga orang terkenal tadi, kemudian ada juga lagu tanpa vokal, Dave Farrel dan kawan - kawan tidak melupakan gaya bermain yang sering dilakukan di album sebelumnya, namun hanya untuk dibagian vokal, yaitu scream. Yap, meskipun unsur metal sudah hilang, itu tidak menyertakan gaya vokal sang vokalis. Chester Bennington tetap mendapat kesempatan untuk beraksi dengan vokal garangnya itu. Dan lagu yang memperdengarkan scream Chester adalah lagu Blackout. Jadi, untuk teman - teman yang sedikit rindu dengan teriakan vokalis ini, bisa menikmati Blackout sebagai pengobat rindunya. :D

Oke, kalau berbicara tentang kesuksesan, A Thousand Suns memang sudah tidak se-sukses 3 album LP sebelumnya. Mengingat bahwa Mike Shinoda dan kawan - kawan yang membuat album konsep, yang sama - sekali tidak memikirkan tentang kesuksesan tersebut. Intinya adalah pesan mereka kepada kita tentang bencana alam tersampaikan. Namun, bukan berarti album ini tidak diminati. Tidak kalah ramai juga di kalangan masyarakat. Linkin Park tetap melahirkan lagu - lagu rock terbaik baru, yang tentunya akan masuk daftar lagu yang tetap diingat dalam dunia musik. Siapa sih yang tidak akan mengingat The Catalyst, Waiting For The End, Burning In The Skies, Iridescent, dan The Messenger jika sudah membahas Linkin Park ? kelima lagu ini setidaknya tetap membuat penikmat musik mengagungkan karya Linkin Park, meskipun sudah berbeda genre dan lebih mementingkan konsep yang tidak semua masyarakat menyukai.

5. Living Things (2012-2014).


Oke teman - teman, pembahasan dilanjutkan ke album studio kelima band. Setelah berpikir begitu keras dan penuh kreativitas di album keempat, kini band beralih ke gaya yang lebih simple. Jika keempat album sebelumnya memiliki satu gaya musik yang khas, Living Things justru merupakan gabungan genre-genre dari album sebelumnya. Tidak hanya di genre, di lirik juga diubah dengan membahas hal - hal yang bersifat pribadi.

Meski sebenarnya ini adalah penggabungan genre dari Hybrid Theory hingga A Thousand Suns, tetap ada gaya musik yang bisa mencirikan album Living Things. Gaya musik itu adalah elektro rock dan alternative rock. Linkin Park masih melanjutkan unsur elektro yang ada di A Thousand Suns, dan alternative yang sudah dibawa oleh Minutes To Midnight. Dan menurut para personil band, album ini sangat mudah untuk dicerna, karena musiknya yang dibuat sederhana. Artinya, Living Things akan cepat akrab di telinga para pendengar.

Pembagian vokal, Chester kembali memunculkan screamnya, namun tidak banyak. Ia scream hanya di 3 lagu, yaitu Lost In The Echo, Victimized, dan Lies Greed Misery. Ini sama seperti di Minutes To Midnight. Mike Shinoda yang sudah memiliki tugas sebagai rapper, juga tidak beraksi begitu cepat. Bagi saya, rapnya dikategorikan sebagai rap berkecepatan sedang/medium. Mike ngerap di 5 lagu, yaitu Lost In The Echo, Burn It Down, Lies Greed Misery, Victimized, dan Until It Breaks. Di lagu Burn It Down, Mike hanya mendapat bagian di verse 3, berbeda dengan keempat lagu lainnya yang mendapat porsi lebih banyak, hampir sama dengan porsi Chester.

Dari 12 lagu, Chester bernyanyi di 11 lagu. Dan 11 lagu itu sebenarnya adalah lagu normal. Artinya Chester bernyanyi disemua lagu normal. Karena ada satu lagu instrumen. Sementara Mike Shinoda bernyanyi di 9 lagu, dimana selain 5 lagu yang sudah saya sebutkan sebelumnya, ia juga bernyanyi (tidak ngerap) di 4 lagu, yaitu Castle Of Glass, Roads Untraveled, Skin To Bone, dan In My Remains. Sehingga kita bisa mengetahui bahwa Chester Bennington kembali mendapat kesempatan untuk bernyanyi solo, yaitu di lagu I'll Be Gone dan Powerless.

Lanjut ke anggota band lainnya. Joseph Hahn masih terlibat dalam permainan DJ atau Turntable. Namun permainannya tidak sekentara seperti di A Thousand Suns, ataupun di Hybrid Theory dan Meteora. Sang sutradara Video Clip Linkin Park ini bermain di lagu In My Remains, Skin To Bone, Lost In The Echo, Burn It Down, Until It Breaks, Tinfoil, dan Powerless. Instrumen lain yang kentara di album ini adalah piano/keyboard atau synthesizer.

Single pertama album ini adalah Burn It Down. Kembali melalui single pertama, Linkin Park mengejutkan dunia dengan kesuksesannya yang menjadi awal kesuksesan album. Single ini langsung meledak di pasaran, kembali menunjukkan bahwa Linkin Park sudah muncul dengan musik yang baru. Burn It Down menambah kesuksesan dengan mendapatkan penghargaan sebagai Best Alternative Song pada tahun 2012. Single selanjutnya yang dirilis adalah Lost In The Echo dan Castle Of Glass. Kedua singel ini meneruskan kesuksesan Burn It Down dan sudah memperkenalkan gaya musik yang dibawakan Living Things. Selanjutnya dirilislah lagu - lagu yang lain sehingga Living Things memiliki 12 single.

Living Things bisa dibilang sukses, meskipun tidak sesukses Hybrid Theory, Meteora dan Minutes To Midnight. Muncullah Burn It Down, Castle Of Glass, Lost In The Echo, Skin To Bone, I'll Be Gone, Lies Greed Misery, dan In My Remains yang masuk daftar lagu Linkin Park yang terus diingat oleh masyarakat jika membahas lagu LP tahun 2012. Living Things melekat cukup lama di telinga para pecinta musik rock. Ini dikarenakan gaya musik yang disajikan memang simpel, dengan memilih gaya alternative sebagai permainan utama. Tak sesukses album - album awal, namun tetap disukai banyak masyarakat, dan menunjukkan Linkin Park muncul lagi dengan wajah baru yang tentunya lebih dewasa.

6. The Hunting Party (2014-2017).


Hhmmm, apa lagi yang dibuat akang Chester ama temen - temennya ya ? :) Sudah lima album terlewatkan. Tak berhenti berbicara tentang perubahan musik. Yapp, itulah Linkin Park. Perubahan musik ini lah yang menjadi identitas utama band yang lahir pada tahun 1996 ini.

Pada tahun 2014, Mike Shinoda dan kawan - kawan merilis album baru. Judul untuk albumnya adalah The Hunting Party. Menurut anggota band, nama album ini memiliki sebuah makna. Arti The Hunting Party sendiri adalah Partai/Kelompok Pemburu. Maknanya, album ini menunjukkan bahwa Linkin Park sedang menjadi kelompok pemburu, yang memburu sebuah genre Rock yang pernah ada pada tahun 90-an. Yap, melihat dari makna tersebut, sudah diketahui bahwa kali ini Chester Bennington dan kawan - kawan kembali ke musik yang keras, dengan genre Hard Rock, Alternative Metal, dan Punk.

Kembalinya musik keras mereka tentu akan mengingatkan kita pada masa awal band, terutama dengan album debut mereka, Hybrid Theory. Namun saya rasa The Hunting Party lebih keras dibanding album pertama tersebut. Artinya LP memang kembali ke rating tinggi di grafik musik keras, namun kembalinya lebih tinggi dari rating yang sudah mereka capai. Kini Linkin Park benar - benar garang, bermain dengan penuh emosi, sebagai perwujudan dari pemburuan mereka terhadap musik rock tahun 90-an. Mike Shinoda sempat berkata bahwa The Hunting Party adalah album yang ribut/bising, dan tidak ada harapan untuk mendengarkan lagu yang halus.

Hmm..... Setelah bermain dengan rock elektronik di dua album sebelumnya, kini mereka kembali ke musik rock yang lebih khusus dan lebih keras (Hard), membawa kembali musik Alternative Metal, dan tambahan unsur Punk. Tentunya ini tidak mengingatkan kita pada album Minutes To Midnight yang telah melepas genre Metal dan mengganti dengan Alternative Rock.

Oke, kita ke pembahasan pembagian vokal. Walaupun The Hunting Party seolah mengembalikan musik ke jaman Hybrid Theory, pembagian vokal untuk kedua vokalis band tidak sama dengan album pertama tersebut. Pertama kita bahas Mike Shinoda. Di album Hard Rock ini, Mike hanya bernyanyi di 5 lagu (dari 12 lagu), yaitu di lagu Keys To The Kingdom, All For Nothing, Wastelands, Rebellion, dan A Line In The Sand. Tentu berbeda dengan Hybrid Theory yang memberikan Mike bernyanyi hampir di semua lagu. Lalu ke Chester Bennington. Scream ??? Yap, sudah pasti. Tapi sedikit juga, hanya di 4 lagu. Dan lagu yang menjadi target vokal garangnya adalah Keys To The Kingdom, War, Rebellion, dan Mark The Graves. Wah, di genre yang lebih keras, namun screamnya lebih sedikit. Mungkin ini gaya baru dari mereka, tidak terlalu menekankan pada vokal yang bising dengan banyak scream atau rap, melainkan dengan keseluruhan instrumen yang akan menjadi pemegang peran dalam musik keras tersebut.

Oh ya teman - teman. The Hunting Party adalah album studio pertama Linkin Park yang mengajak musisi lain berkolaborasi. Dan kira - kira, berapa musisi yang mereka ajak di album ini ? Disini, ada 4 musisi yang ikut berkontribusi dalam pembuatan musik The Hunting Party, diantaranya Page Hamilton di lagu All For Nothing, Rakim sebagai rapper di lagu Guilty All The Same, Daron Malakian sebagai gitaris di lagu Rebellion, dan Tom Morello juga sebagai gitaris di lagu Drawbar. Kehadiran keempat musisi luar band ini mungkin juga menjadi salah satu cara Linkin Park dalam melakukan gebrakan di genre Hard Rock. Dengan menambah musisi yang juga merupakan anggota band rock/metal seperti Daron Malakian dari System Of A Down, dan Tom Morello dari Rise Against The Machine.

Kalau kita membahas tentang peran instrumen turntable atau disk jockey, Joe Hahn seperti sudah tidak ambil peran lagi. Karena untuk aksi memukainya mengolah piringan DJ sudah tidak terdengar. Mungkin ia hanya bermain samar - samar di sedikit lagu. Misalnya di lagu Final Masquerade. Selain beda di unsur musik, The Hunting Party juga sudah benar - benar mengurangi unsur turntable. Seolah - olah LP tidak lagi memiliki seorang Joseph Hahn. Mereka memang lebih fokus ke genre Rock.

Single pertama album adalah Guilty All The Same. Sebenarnya Linkin Park sudah memberikan kejutan di lagu pertama ini. Kembalinya band yang terbentuk tahun 1999 ini ke genre Rock sudah terlihat. Di single pertama ini, mereka langsung mengajak seorang rapper Rakim, dengan maksud untuk menunjukkan bahwa LP kini tidak bermain sendiri. Single kedua yaitu Until It's Gone, yang kembali mengejutkan para pendengar musik dunia. Dilanjutkan oleh single - single lain sehingga terbentuk The Hunting Party dengan 12 single Hard Rock. Single - single di album ini sempat booming beberapa waktu. Meski sebenarnya The Hunting Party bukanlah album Linkin Park yang sukses, tetapi single - singlenya sempat menjadi daftar lagu rock populer pada tahun 2014-2015. Sebut saja All For Nothing, Guilty All The Same, Until It's Gone, Rebellion, dan Final Masquerade, yang menjadi single - single pamungkas di album ini.

Tapi memang harus di akui, bahwa ini adalah album studio terburuk yang pernah dimiliki band. Coba saja sekarang (atau mulai dari tahun 2017), album ini sudah jarang terdengar. Untuk pertama kalinya eksperimen Linkin Park tidak membuahkan hasil yang maksimal, tidak mampu menghipnotis para pendengar musik, meskipun apa yang mereka lakukan selalu maksimal. Namun diluar itu semua, saya tetap menghargai usaha dan karya mereka. Pasti ada saja sedikit pengaruh yang diberikan Chester Bennington dkk kepada para pemusik rock tentang bagaimana itu bermain rock yang cadas. The Hunting Party, album Hard Rock sebagai suatu gebrakan setelah bermain halus, kurang sukses, namun tetap memberi contoh tentang gaya musik Hard Rock, Hard Rock ala Linkin Park. Single - single mereka pun sebenarnya tidak akan terlupakan. Lagu seperti All For Nothing, Keys To The Kingdom, Guilty All The Same, War, Wastelands, Rebellion, dan Final Masquerade akan selalu diingat masyarakat pecinta musik rock.

7. One More Light (2017 - saat ini).


Dan akhirnya kita sampai di album ke tujuh (album terakhir di pembahasan ini). Wow..... ternyata sudah melewati 6 album sebagai gambaran perjalanan Linkin Park dalam memberi inspirasi di dunia musik. Dan kini, saatnya menyimak bersama - sama perjalanan band di album studio ketujuh, yang diberi nama oleh band, One More Light. Lalu, apakah Mike dan kawan - kawan masih bereksperimen ? Yap, justru inilah eksperimen yang paling ekstrim dibandingkan dengan eksperimen sebelumnya. Mengapa seperti itu ? Yap, di album ini LP melakukan perubahan yang lebih tajam, yaitu mengubah genre rock/metal menjadi pop rock. Yap, band yang dikenal sebagai salah satu band rock yang berpengaruh ini, tiba - tiba melakukan sebuah perubahan yang melenceng dari atribut yang sudah mereka gunakan selama 21 tahun, beralih ke genre pop rock.

Untuk eksperimen sebelumnya sih kita mungkin masih mengetahui alasan mereka mengubah gaya bermusik, misalnya mengganti Nu Metal dengan Alternative Rock, atau menjadi Elektronik Rock hingga kembali ke Hard Rock. Namun untuk perubahan yang satu ini, apakah ada diantara penikmat musik yang tau maksud mereka beralih ke genre pop rock ? Yap, meskipun akhirnya kita semua tau alasan mereka, namun ini termasuk misteri besar yang sempat membuat kita semua bingung luar biasa. Tapi sekali lagi saya katakan, itulah Linkin Park. Bahkan perubahan ekstrim seperti ini pun bagi mereka merupakan suatu hal yang biasa. Karena mereka lahir ke dunia musik bukanlah untuk eksis dengan satu genre yang konsisten, melainkan lahir untuk menunjukkan betapa indahnya bermain dengan berbagai gaya lagu.

Oke, sekarang kita ke pembahasan pembagian vokal. Untuk Chester Bennington, bernyanyi di 9 lagu dari keseluruhan yang ada, yaitu 10 lagu. Lalu, apakah si lead vokal ini scream ? Oke, karena semua personil memang merencanakan album yang slow, dari vokal pun sudah diatur agar tidak ada unsur garang. Jadinya abang Chester nggak scream dehh.... Yahh, untuk kalian yang biasanya terhibur oleh vokal membabi butanya itu :D, sekarang tidak ada harapan lagi untuk mendengarkannya. :( Yang terdengar hanyalah vokal bersihnya yang khas, dengan nada yang tetap tinggi. Lagu yang tidak dinyanyikan oleh Chester adalah Invisible.

Untuk sang rapper Mike Shinoda, bernyanyi di 3 lagu, yaitu Good - Goodbye, Invisible, dan Sorry For Now, dengan bermain rap hanya di 1 lagu, yaitu Good - Goodbye. Di lagu ini, Mike ngerap lumayan cepat. Untuk di lagu Invisible, album memberikan kesempatan yang sama dengan di album Minutes To Midnight, yaitu kesempatan Mike bernyanyi solo. Kala itu, di Minutes To Midnight, ia bernyanyi solo di lagu In Between. Dan di lagu Sorry For Now, terdapat pergantian peran antara Mike dan Chester. Di sini Mike yang jadi lead vocalnya, dengan menyanyikan bagian chorus, verse 1 dan 2. Sementara Chester menjadi rapper dengan hanya menyanyikan verse 3. Ini termasuk gaya yang unik menurut saya, menunjukkan bahwa LP memang memberikan suatu permainan yang baru yang berbeda dari album - album sebelumnya.

One More Light juga merupakan album dimana Linkin Park berkolaborasi dengan penyanyi lain, sama seperti album The Hunting Party. Jika di album rock tersebut mereka berkolaborasi di 4 lagu, di album pop rock ini mereka hanya berkolaborasi di dua lagu. Pertama di lagu Heavy, Linkin Park berkolaborasi dengan penyanyi pop bernama Kiiara. Heavy merupakan single pertama album. Di lagu ini Mike tidak bernyanyi, sehingga terdapat kolaborasi yang begitu indah antara Chester Bennington dengan Kiiara. Keduanya sangat cocok berkolaborasi. Lagu berikutnya adalah Good - Goodbye, yang berkolaborasi dengan dua rapper sekaligus, yaitu Stormzy dan Pusha T. Di lagu ini Mike ikut bernyanyi, ikut nge-rap. Chester menyanyikan bagian chorus, sementara ketiga rapper masing - masing mengisi verse 1, 2, dan 3. Good - Goodbye merupakan single kedua album. Ini menunjukkan bahwa band mengawali album dengan berkolaborasi dengan penyanyi lain.

Membahas permainan DJ, Joe Hahn sudah tidak mengambil peran lagi dalam menambah olahan DJ. Karena sudah tidak ada unsur beat, olahan permainan DJ pun di hapus. Namun mungkin personil ini masih ambil peran di bagian lain, yang bisa saja terselipkan di beberapa lagu, namun tidak terlihat/terdengar jelas. Semua personil bermain halus.

Single pertama album adalah Heavy, berkolaborasi dengan penyanyi pop Kiiara. Di single pertama ini, Linkin Park sudah memberikan kejutan luar biasa kepada para penikmat musik di seluruh dunia. Meski mungkin banyak yang kecewa akan perubahan yang dilakukan band, lagu Heavy terdaftar sebagai salah satu lagu terbaik Linkin Park, karena kelarisannya. Kesuksesan lagu ini mampu menutupi pikiran negatif masyarakat mengenai album ini. Single kedua yaitu Good - goodbye, berkolaborasi dengan dua rapper, dimana LP yang sudah memiliki rapper unggulan, sehingga ketiga rapper di gabungkan di satu lagu, sungguh suatu konsep yang menarik. Barulah dilanjutkan dengan single - single lain sehingga terbentuk One More Light sebagai album pop rock ala Linkin Park dengan 10 single.

One More Light memang tidak sesukses album - album awal LP, tetapi dibandingkan dengan The Hunting Party, album pop rock ini lebih terkenal. Beberapa singlenya bisa dimasukkan dalam daftar lagu Linkin Park terbaik. Bahkan One More Light lebih terkenal dibandingkan A Thousand Suns. Selain lagu Heavy yang menjadi andalan album, One More Light memiliki single - single seperti Good - Goodbye, Nobody Can Save Me, Talking To My Self, Battle Symphony, One More Light, dan Halfway Right, yang sampai kapanpun akan selalu mengingatkan kita kepada band yang sedang bereksperimen besar - besar di genre pop rock.

Dan taukah teman - teman ? Bahwa di tahun 2017, LP kembali mendapatkan penghargaan dalam ajang American Music Award, sebagai Best Alternative Artist. Itu berarti apa ? Itu menandakan bahwa meskipun mereka sudah beralih ke pop rock, kualitas musik mereka tidak pernah menurun. Ini karena mereka selalu serius dalam menggarap lagu di berbagai gaya. Lalu apa yang menjadi alasan kita untuk tidak menyukai album ini ? Kita harus mengenal band yang sempat dijuluki anak emas ini lebih dalam lagi mengenai konsep perubahan musik yang mereka lakukan. Apakah mereka sekedar mengubah gaya musik, atau benar - benar membuat konsep yang berkualitas dibalik perubahan musik tersebut. Karena letak kualitas musik Linkin Park bukanlah berada pada satu gaya musik, melainkan berada pada bermacam-macam gaya musik, yang benar - benar bervariasi dan bukan sekedar mengubah musik.

Alright my friends, i think those are all my information about Linkin Park with their seven studio album. Gimana ? Banyak nggak informasi dari saya ? Haha, kalau dipikir sih memang seperti itu. Saya saja sudah berkali - kali merasa kebingungan mengenai kata - kata apa yang harus saya gunakan demi menyempurnakan postingan ini, walaupun pada akhirnya juga tidak sempurna. :) Tapi yang terpenting adalah saya memberikan informasi sesuai kenyataan, dan sesuai pendapat saya yang berdekatan juga dengan kenyataan. Ini bukan sembarang coretan, tetapi coretan yang sudah terkonsep dan dibuat berdasarkan pengetahuan yang berasal dari banyak sumber.

Dan inilah pemikiran saya mengenai perjalanan Linkin Park bersama ketujuh album studio mereka. Saya yakin pasti diantara kalian ada yang memiliki pemikiran berbeda. And that's what we say as opinion. Kita memiliki pendapat berbeda, yang sebenarnya sama - sama bagus. Diluar semua itu, semoga postingan ini bisa memberikan kita pengetahuan mengenai apa yang sudah dilakukan oleh band besar internasional sekelas Linkin Park. Bagaimana mereka menyajikan musik yang disetiap langkahnya, memiliki banyak perbedaan namun tetap satu tujuan, yaitu menyajikan musik yang berkualitas dan tentunya menginspirasi. Jika ada yang ingin ditanyakan mengenai postingan ini atau postingan saya yang lain, silahkan tanya di kolom komentar, atau di halaman Contact Me. Sampai jumpa lagi, dan selamat beraktivitas.....

Posting Komentar

2 Komentar

Gunakan bahasa yang sopan saat berkomentar. Jangan melakukan spam. Komentar anda tidak segera dipublikasikan, melainkan harus menunggu persetujuan terlebih dahulu.

Please comment politely and DO NOT SPAM. Your comment will not be published immediately. It must wait for approval first.